2009-04-20

Pemilu Legislatif 2009 "Bursa Amanah ataukan Bursa Lapangan Pekerjaan"



Baru saja kita selesai melaksanakan salah satu pesta demokrasi di Indonesia, -pemilu legislatif, yang baru pertama kali ini dilaksanakan dengan cara dipilh secara langsung oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Sebuah ajang yang belakangan ini menjadi perhatian nomor satu ditanah air, maklum Negara ini masih belum dewasa dan matang secara demokrasi, jadi segala masalah hingga hal-hal unik selalu muncul dan menjadi berita hangat bagi masyarakat.

Kalau kita melihat kebelakang Indonesia baru saja pulih dari sebuah krisis politik, baru presiden ke-enam inilah ia mampu menyelesaikan masa tugasnya hingga tuntas pasca tercetusnya reformasi tahun 98. Bahkan menurut sebagian pengamat beliau akan masih menjadi presiden Indonesia untuk periode kedua. Hal ini terbukti dengan kemenangan partai demokrat pada pemilu legislatife yang menggeser dominasi partai orde baru dan partai-partai islam (partai kelas tengah) dengan kenaikan suara hingga 13 persen menurut hasil quick count oleh beberapa lembaga survey dan real count (sementara) dari KPU.

Jauh-jauh hari sebelum pemilu, Negara ini menjadi ramai, seolah-olah ada pasar dadakan disetiap sudut kota, kampung dan bahkan pedesaan. Banyak spanduk terpampang disetiap tiang, pamplet yang mengotori setiap tembok, stiker, bendera, banner dan masih banyak lagi atribut politik lainnya. Seolah-olah ada semacam kompetisi untuk menarik perhatian masyarakat dengan menjajakan visi-misi, janji, figur, dan lain sebagianya yang semuanya menggambarkan keseriusan para penjual (caleg) untuk menjadikan Indonesia lebih baik.

Parlemen adalah sebuah variable penting pada sistem perpolitikan yang dianut oleh Indonesia (demokrasi) setelah eksekutif dan yudikatif. para tokoh-tokoh parlemen adalah kepanjangan tangan dari rakyat yang dalam konteks ini berposisi diatas dan menjadi pemilik keputusan mutlak untuk mengatur Negara, namun tidak secara langsung. Tugas parlemen adalah mengawasi kinerja pemerintah, mengkritik, meminta penjelasan (hak angket) bahkan untuk menurunkan para eksekutif (impichment), yang tentu suara dan referensi mereka adalah rakyat. Namun yang kita tahu sekarang referensi mereka adalah keputusan partai yang notabene keputusan mereka bukan atas dasar aspirasi rakyat tetapi aspirasi internal yang tujuannya kurang lebih untuk kepentingan partai itu sendiri dan sekali lagi bukan untuk rakyat.

Negara akan menjadi baik bilamana moral rakyatnya baik, pemimpinnya paik, utusan masarakatnya baik, sehingga kinerja ini bener-benar untuk kebaikan bersama, bukan untuk pribadi, dan bukan hanya untuk komunitas tertentu. Seharusnya parlemen adalah benar-benar penerima amanah dari rakyat, memperjuangkan aspirasi masyarakat, dan bersinergi untuk kebaikan bangsa. Namun pemandangan yang kita lihat belakangan ini lebih identik dengan bursa lapangan pekerjaan, bukan bursa penerima amanah.

Para caleg menggelontorkan ratusan juta rupiah untuk menjadi wakil rakyat. Sebuah usaha keras untuk duduk di parlemen yang konon merupakan pekerjaan nyaman yang mampu menghasilkan finansial yang melimpah. Hal ini terbukti dengan banyaknya caleg-caleg gagal yang stress, depresi, bahkan gila, karena sudah banyak modal uang yang dikeluarkannya. Hal ini sebenarnya sangat wajar, karena dalam konteks Indonesia senjata pemilu yang paling ampuh adalah adalah uang. Masyarakat kita banyak yang masih miskin dan bodoh dalam melihat politik sehingga belum mampu melihat secara objektif siapa yang paling pantas menjadi pemimpin. Menurut perkiraan penulis parlemen 2009-2014 belum cukup bersih karena para pemenang pekerjaan ini mempunyai tanggung jawab mengembalikan modal bahkan sisa utang ketika kampanye, karena selain kompetisi antar partai, para caleg juga berkompetisi antar calon internal, karena sekarang kita menerapkan system suara terbanyak, Sehingga mau-tidak mau para caleg harus mengocek kantongnya sendiri. Dan yang lebih naïf lagi mayoritas masyarakat Indonesia belum tahu kualitas para calon anggota parlemen itu, karena kompetitor politik ini adalah orang-orang tertentu yang memang kuat secara ekonomi, hanya uanglah yang mebuat mereka bisa menjadi peserta. Kalau begitu Sama halnya kita membeli kucing dalam karung, kita tidak tahu kualitas kucingnya tapi yang kita tahu hanya qualitas karungnya saja. (Ahfa R Syach)




0 komentar:

SELAMAT DATANG.....!!! Happy Fun and Enjoy....

Mau menjelajah...?

Welcome...



Thanks For Joining

Selamat datang di sahara's community, sebuah blog pribadi, namun saya namakan sahara's community karena blog ini adalah rumah ilmu bagi siapapun yang mengunjungi blog ini, Blog ini adalah blog sastra, namun juga terdapat artikel umum hasil corat-coret tangan. semua makalah sastra yang tertulis adalah tugas-tugas kuliah selama menjadi mahasiswa di UIN Jakarta, semoga bermanfaat untuk referensi dan perbandingan. Bagiku .... dunia maya lebih indah dari pada dunia yang sesungguhnya..... salam


 

Design by Amanda @ Blogger Buster