2009-04-22

Cerita yang Terus Terngiang

Cerita itu terus terngiang…

Selalu mengisi benak dalam hampa dan kekosongan

Air mata dan emosi yang terasa

Namun selalu tertutup oleh cinta pada akhirnya


Sepertinya cinta ini akan selalu melekat

Takkan pernah lenyap diterpa waktu dan zaman

Dengan sisa air mata aku selalu mengenang

Walaupun tuhan sudah sering berbicara denganku bahwa cinta ini “tidak ada”


Dimana engkau sekarang de..??

Aku tidak tahu, dan keadaanmupun aku tidak tahu dengan pasti

Tapi jika engkau sudah teduh disana

aku akan selalu bersyukur dengan mengorbankan segala perasaan


Selalu kutunggu disini

Menghayal engkau akan datang

Semuanya telah aku persiapkan

Walaupun aku berjanji akan berpaling jika engkau datang


Selalu sehat ya de….

Jangan menangis dan ambillah pelajaran

Masih ada bagian hati untuk mencintaimu

Walaupun cinta ini terlarang oleh tuhan


De.., seandainya dinda bahagia disana

Aku akan memaksakan diri untuk selalu bahagia.. (Ahfa R Syach)

Read More..

2009-04-21

Lembaga Survei Politik “Independen atau pro partai tertentu?”



Tulisan ini sebenarnya adalah keluh kesah biasa yang saya tulis untuk mengisi kekosongan. Saya adalah peneliti lapangan (interviewer) dari salah satu lembaga survei yang belakangan ini sering muncul di media. Saya sudah hampir satu setengah tahun menjadi interviewer di lembaga tersebut, tentu pengalaman manis dan buruk sudah amat memenuhi album pribadiku. Saya sudah paham dan hapal sebagian besar daerah di jawa barat, maklum kegiatan saya setahun kebelakang mondar-mandir Jakarta-jawa barat untuk bertugas, seolah-olah rumahku adalah bis kota dan angkot pedesaan. Saya banyak menemui hal baru, pengalaman baru, ilmu baru, diantaranya tentang kemasyarakatan, karakter sosial, kehidupan lokal, politik daerah, adat istiadat, mistik dan lain sebagainya, bahkan kata teman2 saya sekarang sudah cukup mahir dalam berbahasa sunda karena terlalu seringnya saya berinteraksi dengan masyarakat sunda. Saya sungguh menikmati perjalanan ini, karena bagiku tugas survei adalah tugas yang amat menyenangkan, saya bisa melihat pemandangan indah dan alami, gunung-gunung yang curam, nuansa lokal yang menenteramkan, dan satu lagi yang spesial adalah sawah.. sesuatu yang amat saya rindukan karena maklum sudah lima tahun kurang lebih saya berdomisili di Jakarta dan belum pernah pulang kampung ke jawa timur.

Saya selalu menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, sembari menikmati alam yang saya impikan, walaupun tidak jarang saya mengalami kesulitan. Pernah saya harus melewati gunung yang curam, kira-kira selangkah ke-kanan atau kiri adalah jurang yang amat dalam, pernah juga naik gunung jalan kaki menuju kampung terpencil, perjalanan panjang dengan ojeg yang menghabiskan dana dua ratus ribu, menjadi bahan kecurigaan masyarakat, bahkan saya pernah tidur di rumah penduduk 3 hari 3 malam tanpa uang sepeserpun karena kehabisan ongkos. Sungguh memori yang manis dalam lembaga survei ini, karena selain pengalaman, honor pekerjaan ini cukup lumayan untuk menambah uang saku dari orang tua.

Setelah lama saya berbaur di lembaga ini, tentu banyak wawasan dan pengetahuan yang saya dapat tentang politik, dunia survei dll. saya mulai bisa menyimpulkan bagaimana sistem kerja lembaga-lembaga survei yang sekarang banyak bermunculan di Indonesia. Lembaga survei mulai bermunculan pasca reformasi tahun 98, dimana transparansi dan hak asasi mulai didengungkan, berbeda dengan sebelumnya yang segalanya serba tertutup. Lembaga survei tampil untuk mempublikasikan opini publik, pendapat masyarakat, bahkan persepsi dan keinginan masyarakat. Untuk demokrasi ini tentu sangat membantu, bahkan salah satu founding father lembaga survei mengatakan; lembaga survei adalah pilar demokrasi kelima setelah eksekutif, legislatif, yudikatif, dan media.

Survei sangat perlu dan penting, data dalam masyarakat adalah referensi yang sangat berharga bagi para pengambil kebijakan, strategi pemasaran, tolak ukur keberhasilan, dan segala hal lainnya. Namun proyek yang sering didapat oleh lembaga survei belakangan ini adalah survei politik, survei untuk mengetahui kekuatan kandidat, mencari calon kandidat, mengetahui kekuatan dan kekurangan lawan, dan juga mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan untuk dapat memenangkan pemilu, kali ini lembaga survei juga berperan sebagai konsultan politik, yang selain bertugas menjadi pencari data. lembaga survey juga memaparkan apa yang semestinya harus dilakukan oleh partai untuk memenangkan pemilu, membangun image kandidat yang menjadi kliennya, dan bahkan ada lembaga survei yang lebih ekstrim yaitu mereka mempublikasikan hasil survei yang tidak realistis (ditambahkan) untuk memengaruhi publik. Hal ini tentu bertolak belakang dengan visi dan misi lembaga survei sebagai lembaga yang independen. Kalau seperti ini apa bedanya lembaga survei dengan partai politik.

Dalam tataran aplikatif survei dalam konteks ini sebenarnya meresahkan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Saya sebagai peneliti lapangan tentu tahu kondisi di masyarakat. Seorang petugas survei politik pada kali ini dituntut untuk mengorek-orek rahasia pribadi masyarakat, seperti partai apa yang akan dan sudah dipilih, pada pemilu yang akan datang sebelumnya, hal ini sebenarnya tidak nyaman bagi interviewer maupun responden, tapi apa mau dikata ini adalah tugas yang harus diselesaikan. Efek negatifnya adalah masyarakat merasa takut, seakan akan apa yang mereka jawab adalah pilihan yang harus dia pilih ketika pemilu, terbukti dengan banyak responden yang mengadu kepada aparat desa setempat karena ketakutan pasca digelontori pertanyaan-pertanyaan yang kurang etis. Maklum orang desa banyak yang bodoh dan miskin wawasan. Dalam titik ini saya merasa telah melanggar sebuah etika, etika berkehidupan sosial, dengan menanyakan sesuatu yang sebenarnya rahasia pribadi dan membuat resah masyarakat, serta tidak jarang membohongi mereka hanya agar bersedia untuk diwawancarai.

Dalam ilmu komunikasi, yang terpenting dalam politik adalah pencitraan, tidak salah kita mencari data dilapangan, lalu menganalisa untuk menemukan strategi yang tepat, asal apa yang kita sampaikan adalah betul-betul gambaran kita sebagai partai tertentu atau pihak-pihak lainnya, dan semua itu yang akan kita perjuangkan kedepan. Hanya satu hal saja yang membuat saya kurang nyaman yaitu lembaga independen yang ternyata kurang independen. Selain itu saya merenung, bagaimana seandainya jika responden sebagai pihak yang paling berjasa dalam hal ini diberikan timbal balik yang lebih layak, sehingga dalam situasi apapun hubungan ini menjadi simbiosis mutualisme bagi responden dengan lembaga survei, selain itu lebih baik kuesioner wawancara lebih disetting sehingga tidak terlalu tebal dan bertumpuk jumlah pertanyaannya. Karena saya pikir semakin bertumpuk jumlah pertanyaan semakin tidak baik kualitas hasil survei tersebut. (Ahfa R Syach)



Read More..

2009-04-20

Multikulturalisme

Indonesia adalah negara unik , negara yang memiliki sejuta budaya dan adat , tanahnya yang terbentang dari sabang sampai merauke menandakan adanya beribu ribu etnis yang menduduki wilayah tertentu . berbagai macam adat dan budaya tampak eksis , lestari dan semakin bergairah menopang masa depan Indonesia sebagai negara budaya , sebuah kekayaan alam yang amat berharga yang tak sering didapati di negara lain , namun sebenarnya jika kita amat kritis dan memahami , kekayaan itu belumlah menjadi sebuah tulang bagi tubuh Indonesia untuk menggapai Indonesia baru sebagai buah dari reformasi .

Skala kekerasan dan kerusuhan yang terjadi di berbagai penjuru di Indonesia dalam tahun tahun terakhir merupakan indikator terabaikannya hak hak dan eksistensi kebudayaan kebuadayaan lokal diantara ratusan kelompok etnis dan sosial di seluruh negeri oleh negara.
Tentu peningkatan produktifitas pembangunan negara dimulai dari menghomogenkan segala diversitas yang terdapat dalam suatu negara , yang selanjutnya menjadi sebuah kesatuan , dan kesatuan itulah yang merupakan modal dasar untuk efektifitas sebuah negara yang Berbhineka tunggal ika , namun berdasarkan realita dan pengamatan, ternyata corak bhineka tunggal ika , yaitu keanekaragaman suku bangsa sama sekali tidak memberikan nilai positif kepada negara , maka dari pada itu mau tak mau kita harus meninggalkan konsep masyarakat majemuk menuju sebuah masyarakat multikultural.

Konsep multikulturalisme tidak dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman budaya dalam kesederajatan.. multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Karena jika kita menggunakan konsep keanekaragaman secara suku bangsa maka kebudayaan yang menjadi ciri khas suatu etnis bangsa akan tersisih dan tidak akan ikut andil dalam Berbhineka tunggal ika , Dan tantangan yang dihadapi sekarang adalah bagaimana mempertahankan eksistensi dan hak hak mengembangkan kebudayaan kebudayaan lokal dalam sebuah hubungan dialektik menuju indonesia baru .

Cita cita Indonesia baru yang sekarang tampaknya mengalami kemacetan itu sebaiknya digulirkan kembali . alat penggulir bagi proses proses reformasi sebaiknya secara model dapat dioperasionalkan dan dimonitor , yaitu mengaktifkan model multikulturalisme untuk meninggalkan masyarakat majemuk dan secara bertahap memasuki masyarakat multikultural Indonesia .

Bila proses ini berhasil maka langkah selanjutnya adalah mengisi struktur-struktur atau pranata-pranata dan organisasi-organisasi sosial yang tercakup dalam masyarakat indonesia dan isi dari struktu-struktur tersebut mencakup reformasi dan pembenahan dalam kebudayaan kebudayaan yang ada ,dalam nilai nilai budaya dan etos etika serta pembenahan dalam hukum dan penegakan hukum bagi keadilan “dalam upaya ini harus dipikirkan adanya ruang ruang fisik dan budaya bagi keanekaragaman kebudayaan yang ada pada tingkat lokal maupun nasional dan berbagai corak dinamikanya.
Perluasan ruang publik atau lembaga sosial amat memungkinkan akan munculnya ekspresi ekspresi budaya , sehingga akan terjadi sebuah komunikasi terhadap negara,dan disitulah pelestarian akan terwujud dan yang selanjutnya akan dibawa kepada sebuah konsep multikulturalisme.

Dan multikulturalisme ini mengharuskan kepada kita untuk meredifinisi ulang dua hal yaitu ,tentang posisi individu dalam dalam hubungan horisontalnya dan hubungan vertikalnya. karena sekarang permasalahannya adalah hubungan individu secara vertikal yang amat perlu dipertanyakan kebenarannya. , karena selama ini hak hak dari rakyat terhadap pemerintah tidak pernah diperhatikan bahkan digubris apalagi di kabulkan.seperti misalnya hak untuk mengekspresikan keragaman budayanya ,maka itu akan sama sekali tidak jelas.

Jadi intinya kita sudah tidak memerlukan lagi sebuah konsep keanekaragaman secara suku bangsa, tetapi kita harus bangun dari keterpurukan dan membangun indonesia baru dan mewujudkan sebuah impian reformasi dengan sebuah konsep multikulturalisme, karena multikulturalisme tidak akan meng’andilkan budaya itu sendiri , tetapi juga akan mengangkat etnis yang bersangkutan , berbeda dengan corak yang mengedepankan suku , karena jika itu menjadi konsep maka kebudayaan akan tersisih dan tidak akan berperan , jadi perdamaian dan kerukunan akan lebih terjamin karena memang multikulturalisme amat menjunjung tinggi perbedaaan dalam kesederajatan, bukankah pertikaian yang beberapa tahun ini terjadi di negara kita dilandasi oleh sebuah perbedaaan diantara satu etnis dengan etnis yang lain , yang amat sulit disatukan , jadi saatnyalah kita menyelamatkan bangsa dengan menjunjung sebuah konsep baru, “ multikulturalisme” (Ahfa R Syach)






Read More..

Pemilu Legislatif 2009 "Bursa Amanah ataukan Bursa Lapangan Pekerjaan"



Baru saja kita selesai melaksanakan salah satu pesta demokrasi di Indonesia, -pemilu legislatif, yang baru pertama kali ini dilaksanakan dengan cara dipilh secara langsung oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Sebuah ajang yang belakangan ini menjadi perhatian nomor satu ditanah air, maklum Negara ini masih belum dewasa dan matang secara demokrasi, jadi segala masalah hingga hal-hal unik selalu muncul dan menjadi berita hangat bagi masyarakat.

Kalau kita melihat kebelakang Indonesia baru saja pulih dari sebuah krisis politik, baru presiden ke-enam inilah ia mampu menyelesaikan masa tugasnya hingga tuntas pasca tercetusnya reformasi tahun 98. Bahkan menurut sebagian pengamat beliau akan masih menjadi presiden Indonesia untuk periode kedua. Hal ini terbukti dengan kemenangan partai demokrat pada pemilu legislatife yang menggeser dominasi partai orde baru dan partai-partai islam (partai kelas tengah) dengan kenaikan suara hingga 13 persen menurut hasil quick count oleh beberapa lembaga survey dan real count (sementara) dari KPU.

Jauh-jauh hari sebelum pemilu, Negara ini menjadi ramai, seolah-olah ada pasar dadakan disetiap sudut kota, kampung dan bahkan pedesaan. Banyak spanduk terpampang disetiap tiang, pamplet yang mengotori setiap tembok, stiker, bendera, banner dan masih banyak lagi atribut politik lainnya. Seolah-olah ada semacam kompetisi untuk menarik perhatian masyarakat dengan menjajakan visi-misi, janji, figur, dan lain sebagianya yang semuanya menggambarkan keseriusan para penjual (caleg) untuk menjadikan Indonesia lebih baik.

Parlemen adalah sebuah variable penting pada sistem perpolitikan yang dianut oleh Indonesia (demokrasi) setelah eksekutif dan yudikatif. para tokoh-tokoh parlemen adalah kepanjangan tangan dari rakyat yang dalam konteks ini berposisi diatas dan menjadi pemilik keputusan mutlak untuk mengatur Negara, namun tidak secara langsung. Tugas parlemen adalah mengawasi kinerja pemerintah, mengkritik, meminta penjelasan (hak angket) bahkan untuk menurunkan para eksekutif (impichment), yang tentu suara dan referensi mereka adalah rakyat. Namun yang kita tahu sekarang referensi mereka adalah keputusan partai yang notabene keputusan mereka bukan atas dasar aspirasi rakyat tetapi aspirasi internal yang tujuannya kurang lebih untuk kepentingan partai itu sendiri dan sekali lagi bukan untuk rakyat.

Negara akan menjadi baik bilamana moral rakyatnya baik, pemimpinnya paik, utusan masarakatnya baik, sehingga kinerja ini bener-benar untuk kebaikan bersama, bukan untuk pribadi, dan bukan hanya untuk komunitas tertentu. Seharusnya parlemen adalah benar-benar penerima amanah dari rakyat, memperjuangkan aspirasi masyarakat, dan bersinergi untuk kebaikan bangsa. Namun pemandangan yang kita lihat belakangan ini lebih identik dengan bursa lapangan pekerjaan, bukan bursa penerima amanah.

Para caleg menggelontorkan ratusan juta rupiah untuk menjadi wakil rakyat. Sebuah usaha keras untuk duduk di parlemen yang konon merupakan pekerjaan nyaman yang mampu menghasilkan finansial yang melimpah. Hal ini terbukti dengan banyaknya caleg-caleg gagal yang stress, depresi, bahkan gila, karena sudah banyak modal uang yang dikeluarkannya. Hal ini sebenarnya sangat wajar, karena dalam konteks Indonesia senjata pemilu yang paling ampuh adalah adalah uang. Masyarakat kita banyak yang masih miskin dan bodoh dalam melihat politik sehingga belum mampu melihat secara objektif siapa yang paling pantas menjadi pemimpin. Menurut perkiraan penulis parlemen 2009-2014 belum cukup bersih karena para pemenang pekerjaan ini mempunyai tanggung jawab mengembalikan modal bahkan sisa utang ketika kampanye, karena selain kompetisi antar partai, para caleg juga berkompetisi antar calon internal, karena sekarang kita menerapkan system suara terbanyak, Sehingga mau-tidak mau para caleg harus mengocek kantongnya sendiri. Dan yang lebih naïf lagi mayoritas masyarakat Indonesia belum tahu kualitas para calon anggota parlemen itu, karena kompetitor politik ini adalah orang-orang tertentu yang memang kuat secara ekonomi, hanya uanglah yang mebuat mereka bisa menjadi peserta. Kalau begitu Sama halnya kita membeli kucing dalam karung, kita tidak tahu kualitas kucingnya tapi yang kita tahu hanya qualitas karungnya saja. (Ahfa R Syach)




Read More..
SELAMAT DATANG.....!!! Happy Fun and Enjoy....

Mau menjelajah...?

Welcome...



Thanks For Joining

Selamat datang di sahara's community, sebuah blog pribadi, namun saya namakan sahara's community karena blog ini adalah rumah ilmu bagi siapapun yang mengunjungi blog ini, Blog ini adalah blog sastra, namun juga terdapat artikel umum hasil corat-coret tangan. semua makalah sastra yang tertulis adalah tugas-tugas kuliah selama menjadi mahasiswa di UIN Jakarta, semoga bermanfaat untuk referensi dan perbandingan. Bagiku .... dunia maya lebih indah dari pada dunia yang sesungguhnya..... salam


 

Design by Amanda @ Blogger Buster