2009-04-17

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR ADALAH HAK SEMUA NEGARA

Perkembangan teknologi nuklir mengalami ekskalasi yang sangat signifikan. Beberapa negara nonnuklir mulai mengembangkan teknologi nuklir, baik untuk kepentingan militer maupun non militer. Salah satu negara baru yang sedang dipergunjingkan dunia dalam Majelis Umum PBB dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) adalah Iran (Republika, 22 September 2005), karena ada beberapa negara seperti Spanyol, Portugal, Italia, dan Austria tidak menyetujui nuklir Iran dibawa ke Dewan Keamanan PBB.

Pergunjingan terhadap nuklir di dunia Islam bukanlah hal yang baru. Sebelumnya, Pakistan di dekade 1980-an, telah menjadi negara nuklir yang mewakili dunia Islam. Sehingga media massa internasional sampai membuat headline tentang ‘’bom Islam’’, sebuah framing untuk mengkonstruksi bahwa Pakistan akan merepresentasi Islam untuk menentang hegemoni, dan akan membahayakan ideologi kapitalis ataupun sosialis. Apalagi pengembangan nuklir di Pakistan kala itu berada dalam kendali seorang Zia ul Haq. Presiden Pakistan yang memiliki kepekaan dan cita-cita yang ambisius untuk menerapkan sistem Islam (nizham al-islam) dalam struktur Pakistan.

Nuklir merupakan sebuah energi alternatif yang memungkinkan bentuk efisiensi konsumsi energi dunia. Namun setelah tragedi di Chernobyl 1988, dan beberapa negara kecil menguasai teknologi ini, setiap frasa yang bernama nuklir akan senantiasa dikonstruksi negatif. Nuklir senantiasa disamakan dengan persenjataan nuklir. Setiap negara yang menguasai teknologi nuklir dalam konteks sipil senantiasa akan dicurigai dikembangkan untuk kepentingan militer dan agresi.

Iran merupakan negara Islam kedua yang mendeklarasikan memiliki kemampuan nuklir baik dalam kebutuhan sipil, maupun dalam militer. Namun media senantiasa melemparkan isu bahwa Iran sangat potensial menjadi ‘Bom Islam II’ yang senantiasa bermakna oposisional terhadap kepentingan Barat, terutama Inggris dan Amerika Serikat. Apalagi ditambah dengan fakta bahwa rezim Ahmadinejad yang kini berkuasa di Iran adalah rezim konservatif. Rezim yang mulai mendeklarasikan kembali isu ‘’ekspor revolusi.’’ Bukan itu saja, Iran oleh kepentingan Amerika Serikat dan Inggris telah dimasukkan ke dalam poros kejahatan.

Ada beberapa keunikan pengembangan nuklir di Iran dibandingkan dengan negara-negara dunia kedua dan ketiga. Pertama, Iran dalam satu dekade terakhir hampir tidak memiliki musuh aktual regional yang mengharuskannya senantiasa bersiaga penuh dengan menempatkan piranti nuklir sebagai alat untuk balance of power. Kalaupun Iran pernah konflik dengan Irak, hal itu sudah terjadi tiga dekade lalu. Bahkan sekarang ini, pemerintah Talabani di Irak berbasis Syi’ah.
Kedua, ada kecenderungan proyek nuklir Iran bukanlah proyek latah dan beraspek ‘’mercusuar’’ dan gagah-gagahan untuk menutupi kebobrokan dalam negeri. Hal ini ditandai dengan tidak melemahnya posisi makro ekonomi Iran dan politik Iran. Sangat berbeda dengan India dan Pakistan, di mana saat keduanya mengembangkan teknologi nuklir pada dekade 1980-an, sangat berpengaruh dengan kondisi makro ekonominya. Posisi makro ekonomi Iran jauh lebih baik terutama saat kenaikan BBM.

Ketiga, Pengembangan nuklir Iran merupakan sebuah keniscayaan, di tengah pertumbuhan ekonomi Iran yang semakin mengesankan dan kemungkinan ancaman ‘’penetrasi’’ AS dalam satu dekade ke depan. Ahmadinejad sebagai presiden yang berhaluan konservatif sangat menyadari bahwa Iran merupakan musuh potensial AS terutama dari kubu Republik, dan bukanlah musuh potensial negara-negara Arab. Di tengah ‘’kelelahan’’ AS, Iran sangat peka mengambil inisiatif untuk progresif dan intensif. Pengembangan nuklir bagi Iran merupakan alat bargaining dalam sistem politik internasional, bukan untuk mengancam negara tetangganya.
Pengembangan ini juga untuk menunjukkan izzah umat Islam bukan bangsa inferior. Dan Iran sepertinya sangat hati-hati dalam manajemen nuklir. Selama proses pemeriksaan dari IAEA akhir-akhir ini posisi nuklir Iran tidaklah sedramatis nuklir Korea Utara yang readiness untuk agresi. Jika Iran tidak melakukan manajemen nuklir dengan baik, baik dalam skala teknologi, penggunaan, metode, dan waktu yang tepat, maka sudah bisa dipastikan Iran akan segera digencet bersama Irak di tahun 2003.

Keempat, Iran juga sangat menyadari bahwa aset cadangan minyak di negara petro dolar semakin berkurang. Bahkan menurut penelitian Dhurarudin Mas’ad (LIPI, 1999), Qatar akan kehabisan deposit minyaknya satu dekade ke depan. Jika negara-negara petro dolar tidak bisa memanej dengan baik, dalam hitungan lima dasawarsa lagi, wilayah Timur Tengah dan Teluk akan menjadi negara yang mengalami degradasi ekonomi karena hilangnya sumber devisa. Nuklir merupakan energi masa depan yang harus dipersiapkan secara massif, agar di abad 21 dunia Arab dan Islam tidak bergantung dalam suplai energi dan teknologi nuklir yang dikuasai negara Barat.

Sampai saat ini pun Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad masih tetap menyatakan dengan tegas akan menolak keputusan badan internasional (PBB) melarang Iran mengembangkan teknologi nuklir. Dia menegaskan bahwa pengembangan nuklir merupakan hak setiap negara, apalagi program nuklir Iran bertujuan untuk perdamaian. Bahkan Ahmadinejad bahkan balik menuduh “sejumlah kekuatan besar” ingin memonopoli pasar teknologi nuklir untuk mendapatkan keuntungan. “Mereka tidak ingin ada kekuatan lain yang memiliki teknologi yang sama. Mereka ingin menguasai sepenuhnya teknologi nuklir dengan cara memanipulasi pengembangan nuklir di negara lain,” katanya.

Kunjungan Ahmadinejad beberapa waktu yang lalu ke Indonesia amat sangat diterima oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, beliau mengatakan akan mendukung sepenuhnya pengembangan nuklir di Iran untuk tujuan perdamaian dan beliau juga mengusulkan pembentukan forum negosiasi tambahan dalam rangka mencari solusi krisis nuklir Iran. Keanggotaan forum ini harus diperluas dengan melibatkan sejumlah pihak, termasuk Iran.
Indonesia juga mengajukan diri untuk masuk menjadi salah satu anggotanya.

Sama halnya ketika beliau mengunjungi beberapa Universitas di Jakarta termasuk salah satunya Universitas Islam Negeri Jakarta, beliau menadapatkan dukungan penuh dari mahasiswa karena mereka berpendapat Amerika hanyalah was-was dan bisa dikatakan takut disaingi, sok berkuasa dan ingin memonopoli tekhnologi mutakhir di seluruh dunia. Wallahu A’lam. (Ahfa R Syach)



0 komentar:

SELAMAT DATANG.....!!! Happy Fun and Enjoy....

Mau menjelajah...?

Welcome...



Thanks For Joining

Selamat datang di sahara's community, sebuah blog pribadi, namun saya namakan sahara's community karena blog ini adalah rumah ilmu bagi siapapun yang mengunjungi blog ini, Blog ini adalah blog sastra, namun juga terdapat artikel umum hasil corat-coret tangan. semua makalah sastra yang tertulis adalah tugas-tugas kuliah selama menjadi mahasiswa di UIN Jakarta, semoga bermanfaat untuk referensi dan perbandingan. Bagiku .... dunia maya lebih indah dari pada dunia yang sesungguhnya..... salam


 

Design by Amanda @ Blogger Buster