2010-05-29

AZHARDINI


Tuhan.....! Wajahnya Amat Bersinar...

Sinar terang itu mungkin kau percikkan dari auramu, karena mungkin engkau bangga dengan kehambaannya. Dia adalah perempuan yang pernah membuatku luluh lantak secara fisik dan psikis, dulu ia adalah pemandangan yang indah tapi membuat hatiku amat sengsara.

Hari ini aku melihat sinar terang itu lagi..., sebuah kesempatan yang sebenarnya tidak aku inginkan, karena aku berusaha memadamkan api cinta ini. Tidak berbeda dengan dulu, dia masih konsisten dengan perangainya yang santun, menghargai dan menurutku amat menjaga perasaaan hati. Dia memang betul-betul spesial setelah sekian lama aku menilai, dia inklusif tetapi aku rasa dia punya kecerdasan spiritual yang mengagumkan.

Mungkin dimata hatinya aku negatif atau rendah, atau apalah aku tidak tahu, yang pasti aku hanya ingin mencairkan suasana, dan juga suasana hatiku... , karena satu kata hatiku untuk Diah...., “Aku Selalu Kalah”. Mungkin memang pantas aku kalah, dia jauh lebih superior dalam banyak hal, tuhan saja lebih menyukai dan menyayanginya daripadaku. Karena aku pikir nilai religiusitas dan kemuslimahan sejati ada pada dirinya.

Indah sekali dia hari ini....., Perangai dan tindak-tanduknya menambah indahnya fisik itu, aku takut hari ini menyisakan kekacauan dalam pikiranku, dan lebih, aku takut cintaku yang mungkin mulai pudar akan tumbuh kembali, dan itu berat bagiku. Ada satu kesimpulan dari semua pemandangan ini. Hatinya sedalam samudera, dia sebuah sosok yang amat sulit ditebak jalan pikiran dan hatinya.

Aku tiba-tiba harus introspeksi tentang apa yang pernah hatiku lakukan tentangnya. Mungkin cinta dan sukaku dulu seharusnya tidak terjadi, karena hari ini aku mungkin menyadari sesuatu yang membuatku agak malu. Ah ... susah menjelaskan..!. Tapi intinya kami berbeda....., bukan berbeda secara ras dan status sosial. Dua hal itu juga mungkin berbeda, tetapi tidak masalah dalam teori cinta manapun jika terdapat perbedaan itu dalam masalah cinta. Tapi standar kepantasan dimata tuhanlah yang membuat kami berbeda, dan itu aku pikir fatal dan final. Hal ini membuatku sadar bahwa tuhan lebih berkenan kepada seseorang yang lain. Yang tentu lebih tinggi daripadaku dari perspektif penilaian tuhan. Tapi entahlah siapa seseorang itu.....

Itulah yang membuatku malu... kenapa dulu aku sempat memiliki rasa suka kepada makhluk se-istimewa itu, mungkin malaikat dan para nabi dilangit sana tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lakuku yang konyol. Tapi hal itu dulu adalah rasa hati dan naluri yang datang tiba-tiba... aku tidak bisa menghalangi, seandainya aku punya pilihan, mungkin aku akan beranjak untuk kata “tidak”.

Lindungilah dia tuhan... dengan segala kekuasaanmu, aku sudah cukup bahagia dengan sebatas mengenalnya, paling tidak dia bisa menjadi contoh untukku, sebuah contoh untuk memahami dan mengerti tentang hidup yang sejati. Mungkin dia adalah satu-satunya perempuan yang aku cintai yang tidak pernah menyakitiku. Aku tahu, dia berusaha untuk menghargai dan menjaga perasaanku. Walaupun hatiku kadang masih terasa nyeri, tapi aku kira itu urusanku dan bukan urusannya. Tuhan....Balaslah budi baik perempuan ini dengan sejuta berkah dari langit sana.

Aku akan mencoba bersyukur saja atas segala nikmat yang telah engkau berikan, aku akan mencoba berupaya untuk meraih masa depanku. Apapun yang terjadi pada masa depan kami, semoga itulah yang paling baik. Walaupun kelak kami akan jauh secara jarak, batin, dan status sosial, berkenanlah untuk tetap menjaga kerukunan kami, silaturahmi kami, serta rasa hormat dan saling menghargai diantara kami. Allahumma amin....

Azhardini..., itulah sosok yang aku maksud dalam surat ini, seandainya engkau sempat membaca......, aku ingin minta maaf atas semua perilaku dan perangai yang kurang berkenan. Walaupun kita tidak terlalu akrab, tetapi hatiku selalau akrab membicarakanmu sebagai sosok yang indah dan inspiratif, semoga persahabatan ini selalu kekal abadi walau kita selalu jauh..

Read More..

2010-03-21

DUNIA.......

Dunia... aku resah karenamu....

Resah karena aku manusia yang dzoif

Resah karena aku punya keinginan....

Walaupun hanya keinginan yang tidak berlebihan


Dunia .... Aku sedih karenamu

Sedih karena dalam hidup terdapat takdir

Takdir yang otoriter dan antagonis

Takdir yang menghalau niat mulia sekalipun


Dunia...., Aku menderita karenamu

Menderita karena penyesalan dan kekejaman

penyesalan yang mungkin jalan terbaik

Bahkan Kekejaman manusia untuk jalan terbaik


Dunia ...., Aku tersiksa karenamu

Tersiksa karena abnormalitas jiwa dan mental

Tersiksa karena aku tidak bisa menikmati hidup

Hidup yang sebenarnya bisa indah menjadi maha suram


Dunia.... Aku Tertekan Karenamu ..

Tertekan karena kau memicu rasa perih hati

Tertekan karena aku memiliki qalbu yang lunak dan tipis

Suatu hal terkadang berbeda dengan pemahamanku


Dunia..... Aku marah kepadamu.

Marah karena kau sumber ujian

Marah karena yang berlaku bukan semangat keadailan

Marah karena aku tidak seperti mereka

(Ahfa Syach)


Read More..

SURAT HIMBAUAN UNTUK TUHAN

For : God

At : ‘Arsy

Aku mendalami pelajaran panjang tentang potensi hati dan perasaaan, akupun telah menelaah teori-teori cinta dan asmara beserta implikasi positif dan negatifnya. serasa pernah aku menemukan objek kajian yang amat tepat. objek kajian yang akan membawaku lebih dalam memahami asmara dan memberiku dua kemungkinan rasa hati, bahagia atau tersiksa......

Tuhan! engkau dimataku begitu picik dengan membiarkan qolbu ini merekah dengan seseorang pujaannya. Karena pada asalnya cinta sejati pernikahan telah digariskan olehnya dan sungguh tidak bisa ditawar. Banyak para pemilik qalbu jatuh tumbang berserakan kehilangan harapan. Ada juga diantara mereka yang lumpuh total secara psikis meratapi hilangnya puncak kebahagiaan, bahkan tidak sedikit dari mereka kehilangan bekal meneruskan perjalanan hidup yang amat sangat melelahkan hati. Aku berdoapun engkau terkesan apatis dan enggan, mungkin engkau tahu aku terlalu mendramartisir objek kajianku kearah positif, tapi bukanlah dramatisasi adalah bumbu cinta yang paling sempurna. Aku belum menemukan kesimpulan akhir dari fenomena ini, kadangpun muncul pertanyaan-pertanyaan yang barangkali kedepan akan menjadi rumusan masalah. “Apa berat bagimu merelakan sepasang qolbu yang beri’tikad baik serta memberikan ridho dan kebaikan”. Harus demikian karena potensi negatif cinta bagi sebagian orang amat berimplikasi pada perjalanan hidupnya kedepan. Wahai sang pencipta hati…. Jika engkau apatis.. kepada siapa lagi aku berkeluh kesah… apakah engkau rela dan ridho aku bersandar pada zat lain.

Kalau masalah ini final…. tidak akan berkeringat satu tetespun jika engkau memberikan solusi dan alaternatif lain……. Jika engkau berkehendak ambilah hidupku dan perkenankanlah aku merasakan cinta dan kasih sayang dengan bidadari ciptaanmu walau sejenak, karena itulah kebutuhan spritualku yang belum pernah aku teguk sepanjang hidupku. Setelah itu silahkan kau lempar aku ke danau api untuk menebus segala dosa-dosaku. Aku memohon dengan jaminan nyawa ini.…….. “lakukanlah sesuatu untuk hatiku………”

Earth, 2010

Ahfa Syach

Read More..

2010-03-14

KESUNYIAN DALAM TAKBIR

Sudah enam kali idul fitri aku tersesat dalam pengembaraan. Malam I’d yang ke enam ini tidak berbeda dengan malam-malam ‘id sebelumnya. Kadang gelisah, gundah, terasa sepi, tapi apa daya ini merupakan jalanku satu-satunya. Suara takbir memang membuatku berdebar sejuk, seolah-olah ia merupakan salah satu moment paling indah bagi para penikmat agama. Suara takbir itu menderu-deru disetiap cerobong suara di setiap masjid. Lantunannya merdu mengagungkan tuhan, mengesakan tuhan, dan menyatakan bahwa pujian adalah mutlak hanya miliknya. Suara itu berulang-ulang menggema dimalam yang begitu mulia. Konon katanya tidak ada pahala yang lebih besar pada malam itu kecuali bertakbir dengan khusyuk menyambut hari fitri nan penuh kemenangan. Aku duduk termenung di teras sebuah masjid kecil.., suara takbir anak-anak dan sesekali ta’mir masjid betul-betul aku hayati pada malam itu, akupun berkhayal panjang…….

Selanjutnya aku beranjak menyusuri sepanjang jalan sekedar melepas penat dan kesepian, berjalan terus menyusuri ibukota yang semakin sepi. aku lihat di setiap trotoar terdapat para pengemis yang berjejer dengan jarak 10 meter antara satu dengan yang lainnya. Mereka mengharapkan THR ala pengemis dari orang-orang yang barangkali ingin bersedekah di malam ‘Id yang mulia. Sungguh pemandangan yang memilukan dan mengganggu stabilitas perasaanku. Perjalanan aku hentikan di sebuah toserba kecil, aku membeli sebungkus rokok dan sebuah es krim, siapa tahu 2 benda itu bisa menawar kesepianku, dimana ketika itu semua orang berkumpul mesra dengan sanak saudaranya. Aku segera beranjak pulang menuju istana kediamanku, tak lama setelah itu asap mulai mengepul, batang-batang rokok itu sedikit memberiku rasa pusing sehingga aku bisa sedikit melupakan impian kebahagiaanku.

Tidak berbeda dengan hari-hari kelamku. Pada malam ini angan panjangku beraktifitas seperti biasa, mengangankan sebuah dunia cinta yang tidak pernah dan tidak akan pernah diciptakan oleh tuhan. Kali ini anganku berlatar hari-hari lebaran. Dimana aku dengannya menikamati suara takbir nan merdu meneduhkan qalbu, kami mempersiapkan sesuatu untuk merayakan hari esok nan penuh kemenangan. Senyuman tak jarang menghiasai paras wajah kami karena kami telah mampu dengan cukup baik melaksanakan puasa ramadhan. Kami pulang ke kampung halaman melewati jalan panjang eksotis untuk bertemu orang tua dan mertua kami. Kami sungguh bahagia ketika itu, nuansa asesoris agama yang indah kami elaborasikan dengan agungnya cinta kami, sungguh indah….dan teramat indah….

wahai zat yang sering diagungkan oleh hambamu..!!, berkenankah engkau menciptakan takdir..?? “izinkanlah kami berdua menikmati suara takbir bersama-sama dengan penuh cinta dan sayang pada malam-malam “id selanjutnya”

Amiiiin…

Read More..

Read More..

2010-03-11

PERJALANAN INI SEPERTINYA TELAH USAI

Perjalanan ini sepertinya telah usai, perjalanan terbaikku sumur hidupku. Perjalanan ini telah mengajariku dan memperkenalkanku berbagai macam hal. Perjalanan yang telah membuka mataku kepada ciptaan tuhan yang begitu indah.

Survei telah usai, pilpres telah terlaksana dengan menghasilkan salah satu pasagan terpilih dengan proses yang cukup demokratis. Perjalananku sebagai interviewer politik telah usai pula. Lembaga Survei Indonesia telah menghadiahkanku perjalanan yang amat menyenangkan. Sebuah perjalanan mengelilingi Jawa Barat yang sekarang hanya tinggal kenangan manis yang takkan pernah terlupakan.

Dulu rumahku adalah bis kota. Pulang-pergi Jawa Barat-Jakarta sebagai interviewer politik, keluar masuk desa mencari data, nginap sana nginap sini tidak tahu malu dan sering merepotkan, tidak jarang pula meresahkan dan membuat takut masyarakat desa. Namun semua itu sekarang menjadi bahan renungan dan kenangan manis yang cukup berharga dalam hidupku.

Aku banyak melihat ciptaan tuhan beserta hikmahanya, seperti tanah persawahan yang begitu hijau dan indah, burung-burung bermain-main diatas tangkai padi, para petani berbaris beranjak menuju aktifitasnya. Disamping sawah tersebut terdapat sungai jernih dan bersih untuk irigasi dan melepas lelah. Tidak jarang pula aku melewati gunung dan bukit. Aku tak ubahnya ninja hattori yang mendaki gunung dan melewati lembah. Pernah aku mengalami perjalanan yang mendebarkan disebuah jalan kecil diantara jurang yang terjal, yang mana jika aku kehilangan keseimbangan mungkin sekarang aku hanya tinggal sebuah nama. Pernah juga aku melewati jalan koral parah selama empat jam menuju desa terpencil diatas gunung dengan biaya ojeg seratus lima puluh ribu rupiah. Selain itu aku juga sering melewati pegunungan kapur, bukit dan hutan. Pernah seketika ketika aku berjalan di hutan aku dan tukang ojeg sempat berhenti sejenak karena terdapat ular yang sedang melintasi jalan hutan.

Pernah juga aku berjalan melewati kebun teh yang luas dan indah. Aku berjalan kaki menanjak menuju kampung terpencil di atas bukit. Perjalanan sangat melelahkan, tetapi semua itu terobati dengan sejuknya suasana kebun teh dan sikap ramah para pemetik teh yang terampil. Sungguh pemandangan yang amat jarang kutemui.

Suatu kali aku pernah ke kabupaten Cianjur Selatan. Lokasi yang paling ditakuti oleh para peneliti lapangan. Perjalanan melewati beberapa gunung dengan jalan berkelok-kelok yang membuat perut mual. Aku bertugas di desa terpencil yang belum terjamah listrik. Beberapa warga menggunakan tenaga kincir air sebagai pembangkit listrik dan ada juga yang memakai tenaga surya pemberian pemerintah jepang untuk penerangan ala kadarnya. Tempat itu tak ubahnya hutan desa, disekelilingnya hutan, sangat gelap dan mencekam tentunya pada malam hari.

Perjalananku juga sampai kesebuah daratan tinggi yang amat indah, daerah lembang Bandung. Daerah impain bagi semua orang. Daerah sejuk dengan persawahan terasiring penghasil sayuran. Setiap malam aku melihat gemerlap kota bandung dari atas bukit. Lampu berwarna-warni menghiasi kota itu. Sungguh indah dan eksotis kota bandung jika dilihat dari atas. pernah juga aku bertugas di sebuah gunung yang sangat indah, banyak sungai di tempat tersebut. Aku kenal dengan salah seorang pemuda, kami dekat sekali dan sampai saat inipun kami masih sering berkomunikasi. Yang paling berkesan dengan pemuda tersebut adalah dia mengajakku mencari ikan sepanjang hari menyusuri sungai bersama teman-temannya. Sungguh sangat mengasyikkan. Ketika itu aku sempat bergumam, aku kesini bertugas apa mencari ikan ya.. Ha ha ha... Dan masih banyak tempat lain yang cukup memberiku kesan positif, seperti di perkampungan tepi laut, dll.

Yang menarik dan membuatku betah adalah ternyata masyarakat di desa-sesa itu sangatlah ramah sekali. Mereka menganggapku keluarga sendiri. Tidak jarang aku keluar masuk rumah warga untuk menginap, numpang makan, dll. Mereka sangat apresiatif dengan kedatanganku sebagai mahasiswa walaupun tugas ini bukan untuk kepentingan studiku. Aku tak jarang berdialog dengan mereka, berbagi pengalaman, memberi pencerahan, bahkan tidak jarang aku memberikan mereka semangat untuk hidup. Mereka adalah masyarakat yang baik. Tidak jarang aku diberi makan oleh mereka, dan seingatku aku selalu lahap jika makan di rumah para warga. Entah karena kecapean atau memang masakan mereka enak dan alami. ketika proses wawancarapun aku sering disuguhi makanan ringan dan minuman penawar lelah. Aku pernah makan gula aren “gula merah” yang masih hangat dan baru diangkat dari penggorengan. Sungguh nikmat sekali. Maklum warga disitu kebanyakan petani aren. Mereka memanfaatkan pohon kaung (enau) yang tumbuh liar di setiap sudut kebun mereka. Setiap pagi mereka menyadap getah aren untuk diolah menjadi gula merah dan dijual murah kepada para tengkulak.

Masyarakat desa pada umunya sangat ramah, semangat sosialnya masih tinggi, warga satu kampung terasa keluarga sendiri, saling kenal dan saling membantu. Mereka kebanyakan petani sawah dan hutan (tumpang sari). Mereka mengandalkan tanah garapan untuk dapat bertahan hidup. Mereka berangkat pagi sekali dan pulang menjelang petang. Pekerjaan mereka berat. Tidak semua orang bisa bekerja seberat mereka. Tetapi mereka selalu bersyukur sekecil apapun rezeki mereka dan menurut pengalamanku sangat jarang mereka mengeluh atau sedih yang mendalam jika terjadi musibah pada kehidupannya. Mereka sangat bertawakal pada kehidupannya.

Banyak hikmah dan kesimpulan yang saya petik dari perjalanan saya tersebut diantaranya adalah:

Pertama: saya banyak melihat ciptaan Allah, dan semua ciptaan Allah itu tidaklah batil. Benar adanya bahwa Allah menyediakan rizki dari langit dan bumi. Apa yang tumbuh di hutan maupun pegunungan semuanya bermanfaat sebagai rizki untuk saudara kita dipelosok. Sebagai contoh para petani hutan yang mengandalkan pohon enau (kaung) yang konon pohon ini tumbuh secara liar. Mereka menyadap airnya untuk dijadikan gula merah, buahnya bisa mereka jadikan kolang-kaling dan laris sekali menjelang bulan ramadhan, daunnya bisa dimanfaatkan menjadi atap gubug atau rumah-rumah adat yang kita sering temui di banten (Badui), atau bisa juga digunakan untuk membuat sapu lidi, dan pohonnya pun bisa menghasilkan aci (sejenis tepung untuk membuat kue). Sungguh bermanfaat pohon itu untuk kelangsungan hidup saudara kita di pelosok. Belum lagi jenis-jenis pohon yang lainnya yang juga tidak kalah bermanfaat untuk kehidupan kita semua. Lalu hutan-hutan lebat yang penuh beraneka tanaman yang terkesan menakutkan dan mencekam itu ternyata berfungsi menjadi penyeimbang alam. Lihatlah di kota, hiruk-pikuk dikota ternyata memberi sumbangan yang besar kepada gobal warming. Nah hutan-hutan itu berfungsi sebagai penyeimbang alam sehingga global warming bisa sedikit di kendalikan. Dan masih banyak lagi manfaat-manfaat yang lainnya.

Kedua: semangat hidup yang tidak pernah putus asa. Ya.. mereka tidak pernah putus asa untuk menjalani hidup, walaupun sangat kecil dan tidak seberapa rezeki yang mereka dapatkan. Hanya untuk makan sekedarnya mereka harus pergi pagi pulang petang. Mereka harus merasakan sengatan terik matahari diantara pesawahan, harus masuk hutan yang amat jauh untuk bertumpang sari, dll. Mereka hidup sangat sederhana. Mereka tidak banyak keinginan dan cita-cita seperti kita. Mereka hanya berusaha mempertahankan hidup dan tidak pernah bersedih dan mengeluh akan itu semua. Semangat mereka untuk memberi amat tinggi. Jika aku menginap dirumah mereka, mereka selalu mencarikan sesuatu untuk menghormati tamunya tanpa mempedulikan apa yang akan mereka makan nanti. Sungguh nuansa itu begitu damai dan menyentuh kalbu. Aku kadang berpikir, berusaha sedikit saja untuk hal yang besar kadang aku malas atau tidak mampu melakukannya. Berbeda sekali dengan mereka, usaha yang besar hanya untuk mengisi perut. Mereka tidak terpikir untuk mencari kebutuhan sekunder, atau mencari kebahagiaan lain dalam hidup mereka.

Yang ketiga: masyarakat desa adalah abdi negara yang terabaikan. Mereka adalah petani yang mensuplai kebutuhan primer kita. Kita hanya tahu bahan makanan dapat kita beli di supermarket dan pasar tradisional dengan harga yang lumayan terjangkau oleh kita. Tapi apakah kita tahu keluh kesah petani disana? Pernah aku bertugas ke kabupaten garut, tepatnya di desa Sukahurip Kec. Pangatikan. Desa tersebut adalah desa pertanian. Masyarakatnya mayoritas petani sayuran. Ketika saya melakukan interview mereka mengadu akan kebutuhan pertanian yang melambung tinggi dan anjloknya hasil panen mereka. Bayangkan buah tomat 1 kilo hanya dihargai 200,- rupiah saja oleh para tengkulak. Coba bayangkan kalau kita beli tomat sekilo di swalayan atau pasar tradisional, tentu harganya sudah berlipat-lipat. Bahkan kepala desa sempat mengatakan: ada sebagian petani yang tidak memanen hasil cocok tanamnya dan membiarkan begitu saja hingga membusuk karena setelah dikalkulasikan ongkos memanen dengan hasil panen tidak sepadan. Maklum tempat mereka dataran tinggi dan sawah mereka dipelosok-pelosok sehingga membutuhkan biaya lebih besar untuk transportasi pengangkutan hasil panen. Selain itu bukan rahasia lagi tengkulak atau pengepul lebih diuntungkan daripada petani. Sungguh miris, seharusnya petani harus lebih sejahtera dibandingkan kita. Kita harus menyadari bahwa perhatian pemerintah kepada sektor pertanian masih sangat kurang. Pemerintah tidak berhasil mensubsidi bahan pertanian sehingga terjangkau oleh para petani. Pemerintah juga belum bisa berswasembada hasil pertanian sehingga para petani kita tidak mendapatkan harga panen yang layak. Indonesia sepertinya terjebak oleh impor pangan karena kurang mampu memaksimalkan potensi pangan lokal, (baca kompas 24-8-2009).

Lalu selanjutnya adalah perangkat desa. Perangkat desa didaerah-daerah terpencil sama sekali belum mendapatkan imbalan yang layak dari pemerintah. Menurut pengalamanku, mereka lebih banyak mengeluarkan keringat daripada penghasilannya. Padahal pekerjaan mereka juga teramat berat. Mereka berkewajiban mengurusi warga, melindungi warga, dan bertanggung jawab sepenuhnya bila terdapat masalah. Imbalan untuk mereka hanyalah tanah bengkok dan sumbangan pemerintah daerah, itupun terlalu kecil dan hanya mereka dapatkan tiga bulan sekali. Lihatlah para pegawai negeri di kelurahan pada kota-kota besar, terkadang mereka hanya duduk-duduk dikantor dan gaji siap mereka terima setiap bulannya. RT dan RW pun mendapatkan imbalan yang layak. Pernah saya bertanya kepada Ketua RT disebuah desa terpencil, dia hanya mendapatkan 10.000,- selama sebulan. Padahal pekerjaannya juga tidak kalah berat dibandingan para ketua RT di kota.

Yang keempat: sebenarnya alam ini seimbang tetapi manusia itu sendirilah yang merusaknya. Sebenarnya alam ini damai, sejuk, dan menentramkan. Saya sangat betah sekali jika mendapat tugas di desa-desa terpencil. Karena disamping pemandangannya indah dan natural, saya bisa menghirup udara yang benar-benar bersih dan higenis yang tentu menyehatkan tubuh. Tidak aneh lagi di desa memang masih bersih dan alami. Udaranya menyegarkan dan menyehatkan. Sungai masih sangat bersih sehingga memungkinkan digunakan untuk mandi, mencuci, memasak dll. Seluruh pernak-pernik alam tampknya bersahabat dengan manusia dalam memberi kebutuhan dan kenyamanan. Itulah sebenarnya sejatinya alam. Tapi belakangan ini kita dihadapkan kepada masalah-masalah alam yang mengancam kehidupan manusia, seperti global warming, banjir, musibah situ gintung dll. Kalau ditelisik sampai pada akarnya, masalah itu timbul disebabkan oleh kelalaian manusia itu sendiri. mereka berkreasi dan berinovasi dalam menghiasi modernitas tanpa memperdulikan kepentingan alam. Tidak jarang kreatifitas manusia mengganggu stabilitas alam dan mengabaikan hak-haknya. Global warming disebabkan oleh manusia yang terus-menerus mengembangkan teknologi tanpa mempertimbangkan dampaknya. Banjir di Jakarta karena tidak ada tempat yang cukup bagi alam untuk eksis, tidak ada resapan, rumah terlalu padat, pembuangan sampah dan limbah di sungai dan selokan. Dll.

Ya itulah hikmah dan kesimpulan yang aku dapatkan selama perjalananku mengemban tugas. Sungguh mengasyikkan. Alam desa nan alami adalah dunia impianku. Dunia dimana aku ingin menghabiskan hidup dan pengabdianku. Alam impian yang terinspirasi dari jiwa yang cinta kedamaian. Alam impian yang tergugah dari sosok seorang jelita. Semoga peraduanku berakhir disana. Dan ada satu lagi hadiah dari perjalanan itu yang membuatku cukup bahagia; aku mampu dengan cukup lancar berbicara bahasa sunda karena terlalu seringnya berinteraksi dengan warga parahiangan. Semoga perjalananku bermanfaat dan menjadi inspirasi dalam berkreasi dan menjadi bekal melangakah meneruskan perjalanan hidup yang masih sangat panjang. Amin.. (Ahfa R Syach)

Read More..

YANG DINILAI DAN MENENTUKAN PERINGKAT ADALAH USAHA

Kehidupan ini sangat variatif, dari sisi strata sosial, pekerjaan, pendidikan, dan kebahagiaanpun juga sangat variatif. Semuanya beraneka, tapi sebenarnya peringkat atau yang terbaik dari mereka tidak bisa dipandang dan dinilai dari satu perspektif. Tetapi dengan sifat manusia yang sangat terbatas, yaitu penilaian mereka yang teramat subjektif dan tidak proporsional, mereka tidak mampu melihat hal itu semuanya dengan menyeluruh dan bijak.

Ya.. ukuran manusia sukses versi manusia itu sendiri adalah kekayaan dan jabatan. Manusia yang mempunyai finansial yang melimpah atau menduduki jabatan yang mewah dianggap orang besar, orang yang berhasil, orang yang paling istimewa dan terhormat diantara mereka sendiri. Sebenarnya itu semua salah. Kita harus sadar bahwa pada satu titik kita harus mengakui bahwa peluang dan kondisi titik tolak kita berbeda. Sebagai contoh ada orang yang dilahirkan dari seorang direktur dan satu lagi anak petani miskin dikampung. Lalu dua anak tersebut menjalani proses hidupnya masing-masing. Anak direktur yang punya segalanya tentu bisa sekolah di sekolahan faforit, punya banyak fasilitas belajar, bisa kuliah ke luar negeri, dan selanjutnya dia bisa bekerja di perusahaan manapun karena banyak relasi atau bekerja di perusahaan milik ayahnya sendiri. Lalu anak petani dengan keterbatasan segalanya, dia hanya mampu lulus SD atau paling mentok lulus SMP. Itupun hanya di sekolahan biasa, paling SD Inpres atau SMP satu atap yang masih sering kita jumpai di pelosok-pelosok. Dia tidak punya akses dan kemampuan yang cukup, sehingga pada akhirnya... ikut orang tua ajalah ke sawah bantu nyangkul atau ngasih makan kebo buat bajak sawah.

Lalu sampai pada cerita ini, dua duanya telah menjadi orang dewasa dan berprofesi. Satu seorang direktur karena telah menggantikan ayahnya yang pensiun, dan satu lagi menjadi petani yang pantang menyerah untuk menghidupi anak istri. Tentu menurut versi manusia yang tidak bijak, direktur lebih keren, lebih bermartabat, lebih sukses, dll. Tapi tunggu dulu.. bisa saja direktur itu sukses karena kerja keras bawahannya. Dia hanya leha-leha di kursi goyang khusus direktur karena warisan orang tua. Untuk sambutanpun mungkin dia punya asisten pribadi atau staff ahli. Usaha dan pengorbanan yang dia keluarkan untuk pencapaian ini tidak terlalu banyak karena diuntungkan oleh kondisi. Lalu mengenai sang petani; dia mati-matian membeli pupuk yang tidak terjangkau, pergi subuh pulang maghrib untuk mencangkul dan membajak. Terik matahari sudah tiada panas bagi dia karena sudah terlalu biasa. Usahanya sudah terlalu berlebihan sehingga mengabaikan fisik dan kesehatan. Ketika datang panen harga kebutuhan pokok menurun drastis karena pemerintah kurang memperhatikan kepentingan para petani. Apakah ini adil jika sang direktur dinilai lebih berperingkat dan lebih baik. Dia sukses dengan usaha yang tidak terlalu berarti daripada sang petani bekerja mati-matian walaupun pada profesi yang paling rendah menurut banyak orang. Tentu banyak kecilnya usahalah yang paling pantas untuk menilai mana diantara keduanya yang lebih berperingkat. Atau jika cerita ini dibalik, sang direktur yang rajin, dan petani yang malas, tentu yang lebih berperingkat adalah sang direktur. Atau contoh lainnya begini, satu orang kampung miskin, satu orang kaya di kota. 35 tahun kemudian mereka berdua mampu menjadi direktur. Mana yang paling berperingkat? tentu anak orang miskin di kampung. Karena tentu usahanya lebih keras daripada anak orang kaya. Seperti memeras otaklah, melawan aruslah, pontang-panting nyari beasiswalah, dll. Berbeda dengan anak orang kaya yang tinggal belajar dan memaksimalkan fasilitas. Karena memang titik tolak itulah yang akan menentukan peluang dan rintangan untuk menggapai sesuatau. Jadi intinya bukan profesi yang menjadi ukuran dan sumber nilai, tetapi sejauh mana usaha yang dikeluarkan dalam profesinya masing-masing. Wa anna laisa lil insani illa ma sa’a. Wa anna sa’yahu saufa yuro. tsumma yujzahu jazaal aufa. Amiinn.. (QS. An- Najm, 139-141) (Ahfa R Syach)

Read More..

MANUSIA BERANGKAT DARI KONDISI DAN PELUANG YANG BERBEDA

Agak salah jika ada orang berpendapat bahwa; semua hal bisa diraih jika mau berusaha, atau usahalah yang menentukan segalanya. Menurut hemat saya, manusia muncul di dunia mengalami 2 tahap yaitu tahap pasif dan tahap aktif. Tahap pasif adalah sebuah tahapan dimana manusia hanya mampu menerima input. Dia tidak sadar, tidak bisa menolak atau menerima, dia belum bisa menentukan mana benar dan mana salah. Pada masa inilah kualitas manusia itu ditentukan oleh orang terdekat yang mengurusinya. Dalam hal ini orang tua atau orang tua asuh. Dan masa aktif adalah masa dimana manusia mulai mengerti tentang kehidupan, baik buruknya, mulai sadar apa yang terbaik untuk dirinya. Masa ini saya istilahkan sebagai “titik tolak”. Kualitas pada masa ini adalah merupakan hasil dari input yang didapatkan pada masa pasif. Masa pasif adalah masa manusia tersebut masih berupa sperma (nutfah), lalu darah (A’laqoh), lalu segumpal daging (Mudgah) sampai dia lahir menjadi balita lalu menjadi anak yang siap melewati hidup dengan bekal yang ada. Dalam masa ini kualitas manusia itu ditentukan oleh orang lain yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat oleh manusia (dia) itu sendiri. Jika orang tuanya mampu menjaga kandungan dengan baik, melaksanakan teori kesehatan, lalu setelah lahir dia didik sesuai dengan teori psikologi dan pendidikan anak dia akan memiliki fisik mental yang normal (baik). Sehingga dengan perlakuan seperti itu dia akan menjadi anak istimewa. Nah jika begitu, dalam masa aktif dia bertolak dari titik yang baik. Berbeda sebaliknya-dalam contoh lain; ada manusia yang mendapat perlakuan yang kurang baik ketika menjadi janin, lalu setelah lahir dididik dengan kekerasan, orang tuanya terlalu miskin sehingga tidak mampu memberikan fasilitas untuk menopang masa depannya, dan lain sebagainya. Tentu kita tahu dalam banyak literatur ilmu kesehatan dan psikologi, hal itu bisa mengakibatkan anak yang kurang sehat dan normal secara fisik dan mental (psikis). Lalu ketika dia beranjak memasuki masa aktif dia bertolak dari titik yang kurang menguntungkan.

Nah setelah mereka sampai pada masa aktif, disinilah mereka kenal dengan kata usaha yang akan mengantarkan mereka menuju keinginan (cita-cita) mereka masing-masing. Seorang manusia yang bertolak dari titik yang menguntungkan, tentu dia lebih banyak punya peluang untuk meraih masa depannya. Tidak ada hambatan dan tidak ada masalah mendasar yang mengganggunya untuk terus mengejar impian. Berbeda dengan anak yang titik tolaknya kurang menguntungkan tentu dia akan mengalami banyak problema dan rintangan untuk menuju cita-citanya. Apalagi dampak dari masa pasif begitu parah seperti cacat fisik, jiwa, masalah neurosis atau psikosis. Ya, dari pemikiran inilah judul artikel ini saya temukan.

Tuhan memang menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk, dan sebaik-baik keadaan, tapi manusia yang dimaksud adalah janin. Dari sinilah peran orang tua atau orangtua asuh untuk membentuk janin itu mulai dimainkan.

Manfaat dari tulisan ini adalah agar kita jangan terlalu risih, mendiskreditkan, atau menghina kepada orang yang tidak terlalu beruntung dibandingkan kita, seperti pengemis, anak autis, rekan-rekan kita yang suka murung, pendiam, susah bergaul, tidak normal (gila) dan lain-sebagainya. Karena siapa tahu itu bukan kesalahan dia sendiri, tetapi memang karena titik tolaknya yang kurang baik sehingga hal itu sangat mempengaruhi kehidupannya sekarang ini. Selain itu agar kita tidak terlalu depresi menghadapi kekurangan diri. Mungkin dengan proses yang sedemikan ini tuhan ingin menempatkan kita dalam kondisi dan keadaan yang berbeda. Mungkin kesempatan kita berada pada kesempatan atau hal lain tergantung dengan potensi kita. Jangan terlalu iri dengan kelebihan orang lain, karena itu sangat tidak bermanfaat. Tugas kita hanya berusaha sekuat tenaga dalam kesempatan yang kita miliki. Masalah perbedaan takdir dan nasib itu adalah urusan pencipta yang masih merupakan pertanyaan besar sampai saat ini. Mungkin dalam kehidupan akhirat kelak ada kompensasi final yang membuat seluruh manusia dalam berbagai nasib merasa puas dan menganggap tuhan fair...Wallahu A’lamu Bisshowab. (Ahfa R Syach)

Read More..

KEHIDUPAN ADIL JIKA PENGHITUNGAN MELIBATKAN AKHIRAT

kehidupan adil jika penghitungan melibatkan akhirat karena keduanya saling berhubungan dalam membuktikan keadilan tuhan. dunia saja tidak cukup dan terkesan tidak merata antara nikmat dan derita. di akhirat mungkin ada kompensasi final yang membuat seluruh manusia dalam berbagai nasib merasa puas dan menganggap tuhan fair........

Ya.. nasib manusia memang berbeda, peluang mereka berbeda, kenyamanan manusia untuk hidup juga berbeda. Ada orang yang tertindas, terbunuh, teraniaya, ada pula orang yang hidupnya lurus dan bahagia tanpa ada hambatan yang berarti. Ada yang lahir dengan keadaan normal dan sehat, ada pula yang lahir dengan keadaan memprihatinkan, seperti cacat fisik dan lain sebagianya. Ada yang selamat dari bencana ada pula yang menjadi korban dalam bencana. Itu semua sudah diluar usaha manusia untuk mencari keamanan dan kenyamanan untuk diri mereka sendiri.

Tuhan menciptakan manusia semuanya sama, tapi itu ketika berupa embrio, setelah itu berlakulah hukum sebab akibat yang diolah oleh manusia itu sendiri. Orang yang diperlakukan dan memiliki orang terdekat yang menguntungkan dia akan menjadi orang yang beruntung pula, berbeda dengan sebaliknya. Dalam kehidupan ini berlakulah sebab akibat, dan sebab akibat tidak menimpa secara merata kepada manusia. Semuanaya bersifat kebetulan, dan tuhan hanya melihat dan memperhatikan dari arsy-Nya. Dia hanya akan membantu apabila ada upaya keras dan doa yang dikirimkan oleh hambanya. Itupun tidak sepenuhnya melegakan manusia, upaya keras dan doa hanya bisa menjelma menjadi perubahan kecil dan hiburan semata.

Itu pendapat penganut qodariah. Apalagi jabariah, sungguh tidak adil beraneka posisi dan kenyamanan manusia digerakkan sepenuhnya olehnya. Kita tidak punya pilihan untuk menjadi seperti orang lain. Semuanya mengacu kepada prinsip kebetulan.

Hal inilah yang mungkin menjadi alasan kenapa tuhan menciptakan tingkatan surga dan neraka yang berbeda-beda sehingga dia bisa membuktikan nama abadinya dalam asmaul husna (al adlu). Ataukah mungkin di akhirat ada kompensasi final yang membuat seluruh manusia dalam berbagai nasib merasa puas dan menganggap tuhan fair dengan cara yang belum kita ketahui, karena akhirat fisik atau non fisik itu merupakan rahasia yang masih diperdebatkan. wallahu ‘a’lam bisshowab (Ahfa R Syach)

Read More..

JANGAN MENCARI KEBAHAGIAAN YANG TIDAK ADA

Kehidupan tak ubahnya seperti rantai makanan, satu sama lain amat bergantungan. Kalau dalam rantai makanan terdapat jenis binatang dan tumbuhan, maka dalam rantai kehidupan terdapat beraneka profesi dan kedudukan. Seandainya seluruh manusia berada dalam keadaan yang sama, kehidupan ini tidak akan berjalan, maha suci tuhan yang telah menciptakan manusia dengan profesi dan kedudukan yang variatif sehingga kehidupan ini tampak dinamis.

Setiap manusia mempunyai peluang dan kesempatan masing-masing. Dalam kesempatannya itu terdapat potensi kesedihan dan kebahagiaan. Manusia itu sendirilah yang mampu menggalinya. Apakah ia mampu menggali kebahagiaan itu, atau ia hanya mampu menggali kesedihan dalam kesempatannya itu.

Manusia banyak yang belum bijak dan dewasa dalam memahami kehidupan. Ia selalu terbelenggu oleh rasa iri dan dengki. Ia selalu ingin merasakan kesempatan dan peluang orang lain. Ia tidak pernah mengetahui peluang dan kesempatannya sendiri yang sebenarnya juga mampu memberikan kebahagiaan baginya.

Sebenarnya tuhan telah menetapkan peluang dan kesempatan manusia. Nah dari situlah kata usaha selanjutnya bisa dimainkan. Sebuah usaha manusia hanya berlaku pada peluang dan kesempatannya masing-masing.

Salah satu tugas manusia adalah bersyukur atas pemberian tuhan, dan bersyukur salah satunya bisa dimanifestasikan dengan berbahagia dalam menjalani hidup. Manusia yang bijak dia akan mencari kebahagiaan yang ada pada dirinya, bukan bermimpi yang tidak realistis, karena banyak termenung mengharapkan sesuatu yang tidak ada hanya membuang waktu dan merusak diri sendiri.

Jika anda seorang petani, kebahagiaan anda adalah melihat padi yang mulai menguning, menghasilkan bahan pokok yang dibutuhkan banyak orang, menikmati alam yang masih natural, dan menikmati kehidupan sosial masyarakat yang penuh rasa kekeluargaan. Jika anda seorang seniman, maka kebahagiaan anda adalah membuat lukisan, desain, kaligrafi dan lain sebagainya.. serta rasa puas akan karya agung tersebut. Satukanlah jiwa anda kepada karya-karya anda sehingga anda begitu menikmati karya tersebut. Dan Jika anda seorang karyawan, kebahagiaan anda adalah menyenangkan atasan anda dengan pekerjaan dan prestasi anda yang gemilang. Begitu juga jika anda seorang musisi, dengarkanlah lagu-lagu yang merdu, lihatlah alam, refleksikanlah, lalu ciptakan lagu-lagu yang indah sebagai penyemangat hidup. Itulah kebahagiaan anda, setiap hal disamping anda pasti bisa memberikan kebahagiaan asal anda mau dan bisa mengolah dan menggalinya.

Tetapi jika keinginan anda adalah hal yang prinsipil, sebagai contoh anda ingin menikah tapi tak kunjung datang jodoh anda, padahal anda sudah sangat ingin menyalurkan rasa kasih sayang. Jika begitu, salurkanlah untuk sementara rasa kasih sayang anda kepada keluarga anda, rekan-rekan anda, handai tolan dll. Jangan bersedih, karena kebahagiaan yang anda inginkan itu pasti akan datang, asal anda tetap mau berusaha dan berdoa.

Hanya dengan itulah kita mampu melewati kehidupan yang penuh godaan ini. Percayalah pada diri anda bahwa anda mampu membuat kebahagiaan bagi diri anda sendiri sesuai dengan peluang dan kesempatan anda. Dengan begitu anda akan menjadi manusia yang pandai bersyukur sehingga kenikmatan anda akan dilipatgandakan olehnya. Lain syakartum laazidannakum walain kafartum inna ‘adzabi lasyadidi. Yang pasti kita semua harus ingat bahwa setiap profesi dan kedudukan manusia tentu terdapat nilai plus dan konsekwensinya. (Ahfa R Syach)

Read More..

2010-03-02

My Events














Read More..

2010-03-01

PEREMPUAN ITU BERNAMA NAZIHA

“Kota nganjuk memberiku banyak kenangan walaupun aku tidak terlalu lama disini.., aku banyak bersafari ke teman-teman lama, tetangga, dan kerabat lainnya. Sudah banyak yang berbeda.... terasa hanya aku yang masih sendiri, kebanyakan temanku sudah membelai buah hati dan bermesraan dengan para istri dan suaminya..., para orang tua sahabatku selalu bertanya, Kapan aku menikah..?, calon istriku orang mana..?, dan lain sebagainya..., ah...!! kadang aku risih dan malas mendengar semua itu.., beruntung jika aku punya jawaban, tapi ternyata tidak..., bahkan hal itu mungkin masih jauh bagiku, karena aku melihat perjalanan studyku masih panjang.., aku masih harus berpusing-pusing ria dengan buku-buku sastra yang aku benci, padahal teman-temanku sudah terbang ke samudera cinta dan memiliki ketenangan hati.”

Ada kenangan yang cukup indah dari kampung halamanku.., ya.. tentu saja “Cinta” (Sang dewa kebahagiaan). Paling tidak ada dua cinta.. yang aku rasakan setelah hampir 3 tahun aku terdiam dan enggan menyentuh cinta. Perjalananku kekampung halaman ini telah membuka kembali hatiku akan sinar indah cinta, sinar indah yang telah lama redup dari ruang hatiku. Sinar terang yang selalu setia menyinari dan menghiasi hati.

Pertama mungkin aku sebut dengan cinta pelarian perasaan, cinta ini telah aku tuangkan dalam prosaku berjudul “Alvina....”. Ini cinta yang belum bisa kupahami, apakah cinta normal atau hanya fatamorgana. Cinta yang aku dapat dari paksaan halus hati karena sejatinya hati ini sangat butuh sandaran untuk menggapai kebahagiaan hati.

Cinta berikutnya mungkin ini normal, cinta yang amat jarang terjadi pada lika-liku hidupku, cinta tanpa persiapan yang muncul dari pandangan pertama. aku melihat sebuah wajah indah yang menggambarkan perangai dan latar belakang beberapa sisi kehidupannya. Serasa aku memandang sebuah kolaborasi apik antara keindahan fisik dan jiwa.., Ya Allah.. sudah terlalu lama hatiku tidak berdetak aneh seperti ini. Detak indah dan nyeri....

Cerita manis ini berawal ketika aku membuka laptop rumah, melihat-lihat photo-photo kegiatan adikku yang bersekolah dipesantren, ditengah-tengah penglihatanku aku melihat seseorang yang mungil diantara teman-teman adikku yang lain, dia terang sekali wajahnya... senyumnyapun kelihatan manis sekali, aku yakin dia seorang santri yang amat lembut. Dia terlihat seperti gadis yang masih kecil dimataku, berambut lurus, berkulit kuning dan terkesan lugu menurut mata hatiku. Sebuah photo yang cukup elok menurutku. Siapa namanya ya Allah...?? aku tidak tahu, tapi aku mulai mencintainya....

Semenjak itu hatiku mulai terbang dalam angan yang jauh, fiksi, dan mungkin sangat tipis dari harapan kenyataan. Aku merasa ada sebuah sosok yang menjadi penawar sementara bagi penyakit akutku. Rasa sakit akan kehilangan bidadari sejatiku yang telah bertahun-tahun tidak kunjung sembuh sedikit tidak terasa nyeri. Aku selalu ingat kebiasaanku, untuk melupakan orang lain yang kucintai aku harus mencintai sosok baru dan anganku harus bersandar kepadanya. Untuk itulah seketika aku mulai bersenandung fiksi dengan anganku. Alur ceritanya tentu kita bercinta... lumayan indah untuk mengobati rasa hausku akan asmara nyata.

Kurang lebih sebulan setelah itu aku disuruh ayah untuk mengijinkan adikku pulang dari pesantren, aku berangkat dengan teman ayahku yang juga memiliki niatan yang sama. Setelah sampai disana, kita bersilaturahmi dan berbincang-bincang dengan pengasuh pondok tersebut, Kyai Haji Zaidan Hadi, itu nama beliau.... salah satu kyai besar jombang yang telah berkontribusi banyak bagi kelestarian ajaran Islam. Setelah sekian lama berbincang-bincang dan mengutarakan maksud kami. Sahabat ayahku ingin sekalian melunasi biaya administrasi pesantren anaknya sebelum kami semua meninggalkan pesantren. Dia memanggil anaknya dan kemudian menanyakan berapa biaya yang dibutuhkan bulan ini. Setelah melihat daftar tanggungan dia menyuruh anaknya dan adikku untuk memanggil pengurus administrasi untuk menyerahkan uang bayaran. Setelah beberapa lama menunggu hatiku tertegun dan cukup kaget ketika itu. Tak terduga olehku ternyata muncul diantara mereka bertiga seorang gadis mungil yang pernah aku tatap dan aku kagumi di laptop milik ayahku. Dia ternyata kakak kelas mereka yang telah lulus pesantren namun tetap menetap untuk menjadi pengurus administrasi. Subhanallah ....... Aku amat bersyukur ketika itu karena aku merasa diijinkan memandang seseorang yang pernah mampir dihatiku secara nyata. Terima kasih tuhan .. begitulah mungkin bahasa hatiku jika aku terjemahkan.

Pertemuan dan pandangan itu semakin romantis dan agung... karena tempat mencairnya hati beku ini di suatu tempat yang sakral, disebuah kediaman kyai besar, pengasuh pondok pesantren salafiyah Denanyar Jombang. Dan ketika itu beliau juga berada tepat didepan tempat dudukku. Suasana ruang tamu yang amat hangat ketika itu...

Beberapa kali aku berusaha memandangnya, walaupun sekalipun dia tidak memandangku. Dia tampak sopan dan menjaga penghormatan bagi sang kyai, sungguh bagiku pemandangan mulia dan jauh lebih elok dari pegunungan kashmir yang dijuluki atap dunia karena keindahannya. Dia berjalan pelan sekali.... Dia berbicara lirih dan sopan kepada sang kyai dan sahabat ayahku... tindak tanduknya lembut sekali, makhluk indah itu terbelut oleh kain merah muda jika aku tidak lupa, sederhana sekali...., tapi bagiku seluruh gaun yang dipakainya telah membuatnya anggun secara Islami... Ya Allah... hatiku bergumam lirih, seraya indara penglihatan ini masih berusaha mencuri pandang kepadanya ....., “Aku ingin memiliki pendamping hidup seperti dia

Pemandangan yang jarang ini telah mengingatkanku kepada seorang sahabat dijakarta, dia pernah berkata, “mencari istri yang enak itu dari kalangan santri pesantren salaf, karena sifatnya masih murni dan alami, beda dengan santri pondok modern... Sudah berbeda dan terkesan materialistis”. Statemen yang dulu aku anggap angin lalu itu ternyata ada benarnya. Dan hal itu terbukti dalam safariku ke Pondok ini. Aku lihat banyak sekali diantara mereka “santri perempuan” yang masih alami dan agak jauh dari sifat perempuan-perempuan sekarang, tapi bukan berarti wawasannya juga terbatas. Setiap berurusan dengan sang kyai pasti mereka berjalan sambil duduk seperti pembantu-pembantu zaman dulu. Kesadaran akan kodrat perempuan selalu terpatri dan terjaga dalam diri mereka, berbeda dengan perempuan diluar sana... selalu ingin dibahagiakan, manja dan bahkan banyak dari mereka munafiq.

Setelah kami semua meninggalkan pesanteren dengan menaiki mobil sahabat ayahku, pikiranku masih mengingat pemandangan indah diruang tamu kyai tadi, indah dan sekaligus nyeri..., hatikupun mencoba ber-khusnudzon kepada tuhan. “Apakah ini jodohku, dia masih kecil, sehingga jika aku sudah siap kelak diapun sudah cukup masanya. Jadi kami ada kesempatan”........ Aku sempat sedikit berbunga-bunga ketika itu.....

Dalam perjalanan pulang kami sempat ngobrol dan berbincang bincang, ditengah-tengah perbincangan, sahabat ayahku sampai kepada sebuah pertanyaan “ sing ndek mau jenenge sopo? (pengurus administrasi). Adikku yang berada ditempat duduk bagian tengah seraya menjawab..” Oh.. Mbak Naziha... “ lalu sahabat ayahku berkata “ wis wayahe boyong to soko pondok?” Adikku menjawab “enggeh, tapi ditahan kaleh bu kyai, sak niki bantu bukyai dados pengurus pembayaran.. ... mbak niku oleh gus...“. “Gus ngendi” (kata sahabat ayahku) Gus saking Rembang.....

Yang tadi namanya siapa (pengurus administrasi). Adikku yang berada ditempat duduk bagian tengah seraya menjawab..” Oh.. Ka’ Naziha... “ lalu sahabat ayahku berkata “ Sudah tamatkan di pesantren?” Adikku menjawab “Iya , tapi belum boleh pulang sama bu kyai, sekarang beliau mbantu pondok jadi pengurus administrasi, dan Ka’ Naziha itu dapat jodoh anak kyai Anak kyai mana?” (kata sahabat ayahku) Anak Kyai dari daerah Rembang..

!!?? .............!?? Aku kira cukuplah prosaku sampai sini saja, aku malas menulis kejadian selanjutnya setelah percakapan tadi. Yang pasti setelah itu aku sempat ber-suudzon kepada tuhan. Hatiku berkata “Ah... sekali lagi tuhan hanya mempermainkanku” ......!!!??!!??? (Ahfa Syach)

Read More..

2010-02-24

ALVINA..... "CINTA ANGAN ANGAN"

Selagi aku berbunga bunga, aku ingin menulis susuatu, karena suatu saat perasaaan ini mungkin akan pudar, dan menurutku perasaan ini cukup penting menjadi salah satu memori indah dalam hidupku.....

Berawal dari angan mbak.... sejenis persiapan untuk mencintai tanpa memperhatikan realitas sebenarnya.... karena latar belakang diri ini setengah putus asa dan dahaga akan kasih sayang....., niatku silaturahmi.. beserta mencari klarifikasi akan bidadari sejatiku yang telah pergi, disisipi sekelumit harapan barangkali kita tertulis di lauhul mahfudz, sehingga aku memulainya dengan silaturahmi yang telah lama terputus.

Aneh memang,... apalagi engkau termasuk perempuan yang aku benci, engkau termasuk salah satu pemain dalam drama panjang berpisahnya kami....,

Awalnya aku enggan... karena engkau salah satu sahabat yang ingin aku lupakan dalam hidupku. Selain itu aku juga malu.. karena aku angkuh dan egois akan tali silaturahmi yang sering engkau julurkan. Tapi demi ketenangan hatiku... , aku datang kepadamu dengan niat satu, menyelesaikan pertanyan besarku tentang uswah.

Ya... tidak ada yang istimewa.. jika dilihat bahwa aku adalah orang yang perfeksionis dan berselera tinggi. Padahal banyak perempuan di ibukota... tapi mungkin karena aku terbawa dramatisasi perasaan, yaitu aku ingin perempuan daerah...., sebenarnya semua itu berawal dari dunia yang mempermainkanku. Aku mencoba salah..... tetapi ketika aku diam kehidupan menyalahkanku. Aku ingin menggugurkan kewajibanku, yaitu berusaha..... setelah itu realitas apapun yang terjadi bukanlah urusanku lagi.

Kita terlihat akrab waktu berbicara, walaupun ada sedikit rasa canggung antara kita. Padahal telah lama kita terpisahkan oleh jarak dan rasa persahabatan. Sesekali kita bercanda...tertawa riang. Kita serius menelaah rahasia kehidupan dan menggali-gali sejarah masa lampau. Aku ucapkan terima kasih atas penjelasannya tentang uswah, saran, nasehat dan motivasi yang engkau berikan. Ya .... tebakanmu betul.. aku adalah orang yang amat rumit.....

Perhatianmu melalui pesan singkat membuat hatiku tersenyum dan riang. Terasa tersiksa... tapi menyenangkan....., membuatku terbang kedunia linglung. Membuatku terpaksa memikirkan jawaban untuk pertanyaan yang teramat sukar. Sebuah pertanyaan yang tidak berbasis ilmu pengetahuan. Ya.. Munglin hatiku menghayal terlalu tinggi. Namun paling tidak aku tahu bahwa kamu adalah orang yang peduli dan menghargai seseorang.

“Maaf jika aku lancang..” Aku memang pecinta amatiran, aku terlambat secara masa untuk bercinta. Sehingga aku merasakan fenomena cinta yang seharusnya dirasakan anak-anak 5 tahun dibawahku...

Saat ini kamu indah...., menyenangkan.... membuatku rindu dan membawaku kepada angan yang berlebihan.....,. hatiku menyukaimu ....ha ha ha... ach....!!! ini mungkin hanya cinta sesaat..... cinta seperti judul prosa ini.... (Ahfa R Syach)

Read More..

CITA-CITA INI MEMBUNUHKU

Tidak ada yang berbeda dari kota nganjuk, masih seperti yang dulu..., Tidak terlalu ramai dan cukup nyaman, hanya saja sekarang banyak tempat-tempat usaha baru, sehingga nganjuk terlihat ramai dengan beraneka ragam penjual. Ya... beginilah keaadan sepintas kota nganjuk setelah aku tinggalkan selama lima tahun menggali ilmu dan pengalaman di ibukota.

Siang ini dan hari-hari sebelumnya aku melepaskan rindu kepada kota ini, pesawahan luas telah aku telusuri, tempat-tempat jajanan kesukaanku dulu telah aku sambangi. Rumah-rumah berderet dipinggir jalan telah aku pandang. Budaya dan karakter manusia-manusia lokal telah aku nikmati semua. Aku cukup puas lah.............., lama sekali pemandangan ini lenyap dari mataku.

Ah.... Peradaban ini mengingatkanku kepada cita-citaku dulu, cita-cita seorang pecinta yang penuh dramatisasi. Aku pernah mencintai seseorang yang kurang lebih sama hidup diatas peradaban ini. Sehingga peradaban ini pernah menjadi impian dan cita-cita untuk menjadi bumi dan pijakan cinta kami. Hatiku sedikit mengerang perih ketika indra penglihatanku menatap semua ini. Ya.... cita..cita itu telah musnah.. peradabannya masih ada, tetapi cinta ini telah musnah menjadi asap, karena gadis mungil itu telah pergi memilih hidupnya sendiri. Dan saat ini mungkin dia sedang bahagia dengan calon buah hati yang telah tertanam di rahimnya.

Aku masih seperti ini.... stagnan... , seolah-olah cita-cita ini merusak dan membunuhku. Cita-cita ini telah membuatku terkujur kaku meratap dalam hitungan tahun. Sesekali aku hembuskan nafas panjang ini.... seolah-olah melepaskan beban yang menggumpal, dan berharap ada kompensasi khusus dimasa yang akan datang. (Ahfa Syach)

Read More..

KAMI TERPISAH KARENA KAMI INSAN RAPUH

Kami terlahir dari sebuah kota yang berbeda. dia disebelah barat kota madiun dan aku disebelah timur kota madiun. Kami berbeda jenis.. aku laki-laki seperti adam, calon pemimpin keluarga. Dan dia perempuan, kaum hawa, sang penyangga rumah tangga.

Masa kecil kami berbeda, aku kurang bahagia dengan belaian orang tua yang amat keras. Aku yakin dia bahagia... penuh kasih sayang dari orang tua. Dia seorang anak yang penurut tapi aku adalah anak yang suka berseberangan dengan kehendak orang tua.

Dia anak yang baik, lembut, ramah, dan santun, berbeda dengan aku, aku anak yang keras., egois, dan sombong.. walaupun dibalik semua itu aku mempunyai sifat yang teramat lemah.

Kami dewasa ditempat yang terpisah, dan kami tentu belum saling mengenal, dia dewasa disana dengan orang tua dan lingkungannya yang hangat. Aku dewasa disini dengan penuh tekanan dan lingkungan yang kurang bersahabat.

Beranjak dewasa dia menjadi remaja yang normal secara psikis. Dicintai oleh teman-temannya. Berbeda dengan diriku, banyak problematika psikis yang menyetubuhiku. Aku termasuk anak yang eksklusif, anak yang kurang pandai bergaul dengan teman-teman.

Diantara tumpukan hal-hal yang berbeda tersebut, ternyata kami memiliki banyak persamaan, kami memiliki corak keluarga yang sama, corak keluarga agamis dan terhormat. Orang tua kami adalah guru agama sekaligus tokoh dan panutan bagi masyarakat kami setempat.

Kami sama-sama anak pertama dalam keluarga kami, memiliki warna kulit yang sama, kultur yang sama, makanan kesukaan yang sama, pandangan hidup dan cita-cita yang kurang lebih sama. Kami yakin orang tua kami memiliki harapan yang sama kepada kami. Kami hidup dan tumbuh dewasa dengan gaya hidup yang sama.

Kami bersekolah dipesantren yang sama, belajar agama bersama-sama. Kondisi mental kami sama, kami adalah manusia yang penakut dan kurang berani, kami adalah manusia yang selalu sungkan, dan penuh toleransi kepada sekitar. Kami punya dasar dan potensi menjadi manusia baik sesuai dengan kultur dan budaya kami. kami sempat mengenal satu sama lain ditempat suci ini setelah lima tahun berjibaku dengan pendidikan dan pengajaran.

Dan yang paling serupa ternyata adalah sifat rapuh diantara kami. Kami adalah 2 pasang manusia rapuh identik yang mengagungkan perasaan, bukan logika. Kami adalah manusia yang terlalu berperasaan, tak jarang kami terlalu bimbang dan plin-plan memutuskan sesuatu hal yang kecil. Tapi dengan itu kami menjadi manusia penyayang dan suka menyenangkan hati orang.

Ada yang lebih indah diantara sekian kesamaan. Ya... dulu kita pernah punya perasaaan yang sama, kita saling menyukai, tapi ternyata tuhan tidak berkehendak dengan cinta kami. Tuhan banyak membuat rintangan untuk selalu memisahkan kami.

Tahukah kalian kenapa? Karena hal-hal yang sama diantara kami inilah yang membuat kami tidak dapat bersatu. Tuhanpun pernah memberitahuku...”kalian adalah dua pasang manusia yang sama-sama rapuh, sehingga amat tidak baik jika kalian bersatu untuk mengarungi bahtera kehidupan, harus ada yang kuat bagi masing-masing kalian” begitulah mungkin kalau aku bahasakan perkataan tuhan.

“Ternyata banyak kesamaan bukan menjamin kita untuk cocok dalam berteman hidup. Dan begitupula banyak perbedaaan bukan berarti tidak serasi untuk menjalin ikatan suci. Hanya Allah yang lebih tahu mana pendamping hidup yang paling baik untuk kita.” Wallahu A’lam..

Ya muqollibal qulub...., natawakkal ‘ala azmika hadza, natamanna kulla ma ashobana khoiron lana.. Allahumma aslih bainana, wabaina shillatana, wa azilil khisoma bainana. Allahumma hab lii min zaujatii wa hab laha min zaujiha wamin dzurriyatina jami’a kurrota a’ayun, waj’alna lilmuttaqina imama... robbisyroh lana shudurona wa yassir lana umurona.. (Ahfa Syach)

Read More..
SELAMAT DATANG.....!!! Happy Fun and Enjoy....

Mau menjelajah...?

Welcome...



Thanks For Joining

Selamat datang di sahara's community, sebuah blog pribadi, namun saya namakan sahara's community karena blog ini adalah rumah ilmu bagi siapapun yang mengunjungi blog ini, Blog ini adalah blog sastra, namun juga terdapat artikel umum hasil corat-coret tangan. semua makalah sastra yang tertulis adalah tugas-tugas kuliah selama menjadi mahasiswa di UIN Jakarta, semoga bermanfaat untuk referensi dan perbandingan. Bagiku .... dunia maya lebih indah dari pada dunia yang sesungguhnya..... salam


 

Design by Amanda @ Blogger Buster